بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Sebuah kata yang maknanya sangat
luas, dimana ukuran dan kuantitas tidak selalu mampu menjelaskan makna kata
tersebut. Namun demikian, sukses, adalah sebuah kondisi yang senantiasa
diperjuangkan oleh setiap manusia yang memang “niat tenan” hidup di dunia ini.
Ketika seseorang berkata bahwa
kesuksesan seseorang tidak dapat dinilai dengan jumlah harta yang dikumpulkan,
maka tidak dapat dikatakan bahwa orang tersebut salah bicara.
Sesuai dengan sebuah pepatah para
mahasiswa yang sering belajar habis-habisan tapi tetep saja nilainya
segitu-gitu aja : “Sukses bukanlah
hasil, Sukses adalah proses”. Benar
teman-teman, memang begitu lah adanya. Kita tengok para pahlawan kita, Pangeran
Diponegoro, Imam Bonjol, Pangeran Antasari, Patimura, dan lain-lain. Kalau kita
lihat target “hasil” yang ingin mereka capai adalah mengusir para penjajah dari
negara tercinta ini. Tapi akhirnya hasil tersebut tidak tercapai, justru
biasanya endingnya adalah mereka semua tertipu oleh akal busuk dari koloni yang
pada akhirnya harus mengorbankan nyawa mereka.
Tengok lagi kisah para Nabi dan
Rasul kita teman-teman. Kalau kita menganggap sukses adalah harta, maka
bagaimana nasib nabi Ayub yang diuji dengan penyakit yang begitu dahsyat sampai
menghabiskan seluruh harta dan tubuhnya, kecuali lidah dan hatinya saja yang
tidak bisa digerogoti penyakit karena senantiasa berdzikir dan mengingat Allah.
Bagaimana pula kabar nabi kita Muhammad SAW, beliau ketika tidur hanya
beralaskan tikar dengan bantal dari pelepah kurma, sangat jauh sekali dari kata
mewah.
Apakah ada yang berani bilang
kalau para pahlawan dan nabi tidak sukses dalam hidupnya?? Hati-hati, bisa saja
Anda dijitak malaikat di sebelah Anda. Ada target-target hasil yang belum dapat
dicapai oleh mereka, namun mereka telah berupaya yang terbaik, sehingga usaha
itu adalah cerminan dari kesuksesan hidupnya.
Lantas bagaimana dengan orang
yang menganggap kadar kesuksesan adalah sebuah nominal uang?? Salah kah?? Tidak
juga teman-teman. Dengan uang itu, mereka bisa membantu banyak orang, mereka
bisa mendirikan sebuah yayasan sosial, mereka bisa beramal jariyah, membantu
pendidikan orang kurang mampu, membangun masjid, menghajikan orang lain, dan
lain-lain. Mereka pun sukses.
Lalu mana kah definisi yang
paling tepat mengenai kesuksesan.
Kita akan menjawabnya
bersama-sama setelah kita kaji dua profesi yang biasanya saling bertolak
belakang, antara Pegawai Negeri atau PNS, dengan Entrepreneur atau Pengusaha.
Bagi para pengusaha yang sudah
terlanjur sukses, banyak keuntungan di sana sini, produk laris sini sana, tentu
mereka menyarankan kepada masyarakat untuk mengikuti jejak hidupnya menjadi
pengusaha sukses daripada PNS. Sebab dengan menjadi pengusaha mereka akan
memperoleh uang yang jauh lebih banyak ketimbang PNS. Mereka lebih bebas
berekspresi, tak terikat, sehingga keuntungan pun menjadi tak terbatas. Iya,
mereka kaya raya. Sedangkan PNS penghasilannya hanya sekitar itu-itu aja.
DI pihak lain, hampir semua orang
tua menginginkan anaknya menjadi PNS. Termasuk orang tua luar biasa dari anak
yang punya website biasa ini. Sebab PNS itu pekerjaannya stabil, tidak bisa
diberhentikan seenaknya sendiri, dengan begitu para PNS-er sudah dapat
mengandalkan pekerjaan mereka untuk menyokong ekonomi kehidupan mereka. Para
orang tua tidak mau pekerjaan anaknya gonta-ganti tidak jelas, apalagi hanya
bisnis yang sifatnya tidak awet. Memang benar, banyak pengalaman anak yang
tidak mau jadi PNS dan memilih mendirikan usaha dengan dalih masalah peluang
penghasilan yang lebih banyak malah justru berujung pada kebangkrutan dan
kerugian, salah, kerugian dan kebangkrutan, karena usahanya tidak bisa
diandalkan.
Melihat kedua kontradiksi dan
kesenjangan pola pikir tersebut, tampaknya perlu saling diluruskan supaya PNS
dan pengusaha dapat saling bersinergi dalam memajukan perekonomian bangsa,
tidak saling mengkambing-hitamkan salah satu pihat.
Bagi mereka yang menganggap bahwa
menjadi pengusaha itu tidak jelas kerjaannya, coba dilihat dulu siapa yang
dijadikan contoh figur pengusahanya. Seorang anak yang menolak anjuran masuk
PNS dari orang tuanya dengan alasan bahwa menjadi pengusaha bisa lebih sukses,
tapi ujung-ujungnya Cuma jaga warnet dan berjualan aksesoris komputer, itu pun
tidak laku-laku dan akhirnya tutup toko, menganggur. Apa dia bisa disebut
sebagai pengusaha? Kok mentalnya tempe begitu.
Bagaimana mereka bisa menjadi
pengusaha yang sukses, mereka saja bangun selalu terlambat dengan bangunnya
matahari.
Saya punya teman, dia punya teman
yang ayahnya adalah seorang nelayan. Setiap hari keluarganya berjualan ikan dan
udang yang didapat oleh ayahnya langsung dari laut. Ayahnya berangkat mencari
ikan malam hari setelah salat isya, kemudian pulang pada sepertiga malam.
Kemudian sang ayah membangunkan istri dan anaknya untuk membantu membersihkan
ikan dan udang. Ikan-ikan dari laut tadi langsung dibersihkan agar tampak
bersih dan segar, begitu pula udangnya. Mereka mengelupasi kulit udangnya.
Secara sepintas memang usaha mereka seperti ingin membantu pembeli nantinya
agar tidak perlu mengelupas kulit udang lagi saat akan dimasak. Namun ternyata
kulit udang yang sudah mereka kelupas tadi mereka jual lagi sebagai bahan untuk
membuat petis, sehingga benar-benar tidak ada bahan yang terbuang percuma.
Kegiatan itu dilakukan keluarga tersebut setiap hari pukul 3.00 AM. Kalau ada
anaknya yang masih molor, sang ayah langsung mengusapi wajah anaknya dengan air
amis bekas ikan-ikan. Hasilnya tentu luar biasa, semua anaknya dapat
melanjutkan studi sampai S2.
Bagaimana mereka bisa menjadi
pengusaha sukses apabila banyak waktu luang yang terbuang sia-sia hanya untuk
bersantai?
Ada sebuah cerita ketika zaman
Rasulullah SAW. Saat itu adalah saat sore hari setelah para jamaah telah
selesai mengerjakan sholat Asar. Kemudian ada beberapa anak muda yang
duduk-duduk di teras masjid sambil mengobrol sana-sini. Istilahnya mungkin
seperti “kongko-kongko”. Tanpa sengaja Rasulullah melintas di depan anak-anak
muda tersebut. Melihat keadaan yang seperti itu, Rasulullah pun menegur mereka.
Saya lupa bagaimana beliau berkata, tapi intinya menurut bahasa sekarang ialah:
“apakah yang membuat kalian yakin semua dosa kalian telah diampuni Allah SWT,
kok kalian pede banget bisa santai-santai seperti ini” hehe kira-kira begitu.
Itu adalah bukti bahwa Nabi Muhammad sangat membenci bermalas-malasan membuang
waktu dengan sia-sia. Karena memang dalam sebuah hadist telah disebutkan bahwa tidak
akan berhenti seorang mukmin dalam berjihat di dunia ini sebelum kaki menginjak
surga.
Jika ada anak yang masih banyak
alasan menolak menjadi PNS karena ingin jadi pengusaha, tapi mental tempe,
bangun kesiangan, dan sering bersantai membuang-buang waktu, maka bisa
diramalkan dia bakal bangkrut.
Seorang pengusaha sejati adalah
mereka yang memiliki semangat yang tinggi. Jatuh berkali-kali namun juga
bangkit berkali-kali pula. Sebab tidak mungkin ada impian yang tanpa rintangan,
mereka selalu siap menghadapi kegagalan dengan kebangkitan yang tanpa lelah.
Teman-teman, pernahkan Anda
menonton film Top Secret a.k.a The Billionaire, sebuah film yang menceritakan
secara langsung perjalanan rumit seorang anak muda dari Thailand bernama Top
Ittipad yang usianya tidak lebih dari 26 tahun dalam merintis usahanya. Di
tengah kondisi keluarganya yang tengah terlilit hutang sebesar 12 Milyar, Top
bekerja keras merintis usaha untuk melunasi hutang keluarganya tersebut.
Kegagalan demi kegagalan pun dia raih silih berganti. Mulai dari tertipu
membeli DVD, menjual emas, tertipu menyewa mesin penggoreng kacang, sampai dia
harus menjual hampir seluruh barang yang dia miliki, mulai dari komputer sampai
mobil, karena rumahnya pun sedang dalam proses penyitaan oleh bank karena
hutang tersebut, sehingga praktis dia sudah benar-benar tidak memiliki apa-apa
lagi, selain semangat.
Ketika anak-anak seusianya tengah
berjalan-jalan santai sambil menyumpal kupingnya dengan MP3 player, Top tengah
bercucuran keringat menggendong sekarung penuh berisi kacang. Ketika malam hari
saat kebanyakan orang tertidur untuk beristirahat, Top melakukan percepatan
dengan mengurangi jam tidurnya untuk mempelajari bisnis. Walau Top bukanlah
seorang muslim, tapi sesungguhnya memang Allah SWT membenci manusia yang banyak
makan dan banyak tidur.
Berkat kedisiplinan dan keteguhan
hatinya, Top berhasil bekerja sama dengan 7-Eleven untuk menjual produk camilan
rumput lautnya bernama “Tao Kae Noi” yang artinya PENGUSAHA MUDA. Memang benar,
di usianya yang masih 26 tahun Top telah memimpin 2500 karyawan, mengirim
produk rumput lautnya di 6000 cabang 7-Eleven, mengekspor camilan rumput
lautnya di 27 negara dunia termasuk Indonesia (yang dapat Anda beli di
Alfamart), memiliki perkebunan rumput laut sendiri di Korsel, dengan pendapatan
sebesar 450 Milyar. Sungguh film tersebut sangat menginspirasi saya. He
Kita beralih ke kacamata para
pengusaha.
Ippho Santosa, seorang Pengusaha
Muda paling sukses di Indonesia, yang juga mengarang buku Mega Best Seller 7
Keajaiban Rezeki, yang juga seorang motivator yang sudah berbicara di berbagai
benua, berkata secara langsung di twitter yang intinya: “Bila ingin sukses dan
kaya raya jangan jadi PNS, jadilah pengusaha”. Nah seperti pada pemaparan
sebelumnya, giliran saya yang balik bertanya nih kepada mas Ippho, PNS seperti
apa yang dijadikan contoh atau figur, kok bisa bilang bahwa PNS itu tidak
sukses.
Memang ketika seseorang telah
lulus seleksi CPNS tidak mungkin dia secara langsung masuk di jajaran deret
para pejabat. Dia harus memulai dari nol, dan dimana-mana begitu. Masalah gaji?
Dibandingkan dengan mas Ippho yang omsetnya sudah mencapai satuan “M” jelas
pegawai negeri yang baru imut-imut lulus seleksi CPNS bakal bertekuk lutut.
Tapi kan hidup mereka tidak Stag sampai di situ saja sampai akhir hayat.
Guru.
Berawal dari seorang guru biasa
yang mengajar sebuah pelajaran, kemudian dia bisa diberi tanggung jawab yang
lebih bila dia mau bekerja keras. Maka diberilah dia kewajiban mengajar lebih dari
1 mata pelajaran. Kemudian bisa juga dia dipasrahi menjadi wali kelas, wakil
kepala sekolah bagian blablabla, dan lain-lain. Honornya tentu berbeda jika dia
hanya menjadi guru yang mengajar 1 mata pelajaran saja seperti awal tadi.
Lebih-lebih lagi jika rupanya hidupnya penuh dengan motivasi. Dia pun mengikuti
seleksi kepala sekolah. Akhirnya berawal dari seorang guru biasa menjadi
seorang kepala sekolah. Gajinya jangan ditanya berapa kenaikannya.
Seorang PNS seperti saya sendiri
yang bekerja di Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu. Saya yang baru saja masuk dalam
sistem tersebut, jangan terlalu berharap dengan gaji yang membumbung tinggi,
sebab pangkat golongan saya masih rendah, saya tahu itu. Oleh sebab itu saya
pun juga tidak akan berhenti dan cepat puas. Syukur itu tetap ada, tapi syukur
jangan dijadikan alasan untuk tidak berkembang dengan yang itu-itu saja. Kuliah
S1 dan lanjut S2 tetap menjadi prioritas. Jabatan sebagai kepala Dirjen Sistem
Perbendaharaan pun terkadang menjadi sebuah impian tersendiri. Apalagi jika
suatu saat bisa kuliah di luar negeri dan melihat sebuah menara yang Anda lihat
di samping kanan background website ini (kalau Anda membukanya dengan laptop).
Sekali lagi ini bukan soal gila jabatan atau mengejar dunia. Tapi ini soal
menjadi pribadi yang selalu ingin menjadi lebih baik. Ketika kedudukan kita
dalam entitas pekerjaan mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan pendapatan,
kemudian jumlah uang yang disedekahkan kepada yang membutuhkan pun bertambah,
mengapa harus disalahkan bila memang niatnya seperti itu.
Lagi. PNS yang kreatif tidak
hanya memiliki sebuah pekerjaan sebatas kantornya itu saja. Kalau memang niat
tenan, menjadi motivator, penulis buku, atau mendirikan usaha pun sangat
memungkinkan untuk dilakukan. Bila ada yang bilang PNS dilarang mendirikan
usaha, kalau PNS itu otaknya kreatif dia bisa tetap menjadi pengusaha. Suruh
saja istrinya yang mendirikan usaha. Atau tetangganya pun juga bisa. Atau
saudaranya. Masih banyak sekali cara teman-teman asal semua itu dilakukan
dengan kesungguhan hati. Sehingga pendapatan kotornya pun menjadi berkali-kali
lipat, mulai dari pendapatan PNS itu sendiri plus menjadi “pengusaha bayangan”.
Pernah membaca buku berjudul “Your
Job is not Your Career”. Isinya tentang dunia pekerjaan yang tidak terbatas
hanya pada profesi yang Anda tekuni saja. Saya mendapat info tentang buku
tersebut dari dosen saya, mata kuliah Akuntansi Perpajakan. Jelas beliau ini
seorang PNS, tapi itu dianggapnya sebagai kerjaan sampingan. Dia memilih “menganggap”
pekerjaan utama atau karirnya adalah sebagai seorang instruktur senam. Sehingga itulah
yang dia tulis dalam profil pekerjaannya di facebook.
Jadi mas Ippho Santosa, PNS pun
tidak kalah sukses dengan pengusaha.
================
Oleh karena sebuah fenomena opini
masyarakat yang begitu bertolak belakang tersebut, saya menjadi sedikit berpikir
dan menyimpulkan, bahwa PNS dan Pengusaha itu sama-sama bisa suksesnya, dengan
satu syarat : SPIRIT.
Menjadi pegawai negeri, seperti
yang telah dipaparkan sebelumnya, bila tidak punya semangat hidup maka hidupnya
pun hanya akan begitu-begitu saja. Sedangkan anak-anak muda yang merintis
menjadi pengusaha, tapi tidak punya spirit, sama saja penghasilannya tidak akan
jauh beda dengan para PNS yang loyo. Bahkan bisa lebih parah dan lebih rendah.
Sehingga kesimpulannya adalah,
kunci dan hakikat dari kesuksesan itu ada pada rangkaian proses hidup yang
dijalani seseorang. Bila hidupnya dipenuhi dengan agenda-agenda bermalas-malasan,
jelas bisa ditebak bahwa dia tidak akan bisa sukses. Sedangkan mereka yang
gigih dan bersemangat menjalani hidup, mereka akan menuai hasil manisnya
kesuksesan kelak di masa yang akan datang. Tidak peduli apakah berhasil atau
tidak yang dia lakukan, selama dia telah melakukan segala prosesnya dengan semangat
dan kesungguhan hati maka label sukses telah melekat pada dirinya. Ingat para
pahlawan dan para nabi yang hidupnya diacungi jempot oleh umat sedunia karena
kesuksesannya, walau terkadang hasilnya tidak tercapai.
Jika Anda masih ngeyel, kadang
ada orang yang malas-malasan tapi tiba-tiba dia menang undian uang tunai 100
juta. Sukseskah dia? Lagi-lagi saya tekankan bagaimana usaha yang dia lakukan dalam
hidupnya. Jika setelah dia mendapat uang sebanyak itu pun dia tetap hanya
bermalas-malasan maka uang tersebut lama-lama akan habis juga. Percaya atau
tidak memang begitulah adanya kehidupan. Biar lebih percaya lagi, lihat para
koruptor. Uang banyak berlimpah, tapi saya yakin Anda pasti menghujat para
koruptor dan menganggap mereka tidak sukses. Iya, karena mereka tidak melakukan
proses-proses kehidupannya dengan gigih dan penuh kesungguhan.
Akhir kata, memang benar apa kata
para mahasiswa yang tekun belajar tapi nilainya tetap segitu-gitu saja, bahwa
kesuksesan bukanlah apa yang berhasil diraih, tapi kesuksesan adalah tentang
bagaimana cara kita berproses. Sukses adalah proses.
“Jangan pernah menyerah walau
bagaimana pun itu keadaannya. Jika kita menyerah, maka habislah sudah” –Top Ittiphad
Tao Kae Noi-
0 Response to "Pegawai Negeri versus Pengusaha, mana yang lebih Sukses ??"
Posting Komentar