KEMENAG PONTIANAK

KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA PONTIANAK, JL. ZAINUDDIN NO.4 KOTA PONTIANAK

SAPAAN JAHILIYAH

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ



Bismillaah..

Mungkin sebagian ikhwan wa akhwat saat membaca judul di atas, mengernyitkan dahi..mungkin juga ada yang komentar..”Apaan tuh maksudnya?”, “Memangnya ada sapaan seperti itu?” dan beragam ekspresi lainnya. Disadari atau tidak, baik bagi yang sudah paham agama maupun orang awam mungkin pernah melakukannya atau bahkan sering karena ketidaktahuan, atau karena sudah dianggap biasa oleh lingkungan sekitar. Langsung aja deh disimak ya penjelasannya..

“Woi Ndut, kesini”; “Eh kita kerjain si Oon aja yuk”, “Kenal sama si Cungkring gak?”; Woi Bibir, cepetan!!, dll

Nah menurut ikhwan wa akhwat, adakah yang salah dengan kalimat di atas? Yap, penggunaan kata sapa/ panggilan di atas yang kayaknya sudah biasa kita dengar, padahal itu termasuk panggilan yang jelek loh.. Ada teman yang nyeletuk, “Ah, tapi itu kan kenyataan akh, dipanggil “Ndut” karena memang dia gendut dan banyak makan..toh yang dipanggil juga gak marah kok.” Yakin? Tau dari mana antum dia gak marah..

Ya akhi wa ukhti, mungkin dia gak nyampein ke kita dia marah, tapi minimal mungkin ada rasa kesal dan sakit hati dalam dirinya karena dipanggil seperti itu. Ini karena fitrah manusia, di mana tidak ada satupun manusia yang suka diejek dengan sengaja/tidak sengaja karena kekurangan yang dimilikinya. Jangankan manusia, hewan pun akan marah kalau diperlakukan tidak baik.

Sayangnya, banyak saudara-saudara kita yang masih melabeli temannya dengan panggilan yang kurang enak didengar, seperti “Ndut, ceking, tonggos, botak,dll”. Ini terjadi tidak hanya di kalangan orang awam, tetapi di kalangan ikhwah yang sudah “ngaji”. Bagaimana Islam memandang ini?

DOSA MENCELA CIPTAAN ALLAH

Tentunya kita sangat percaya bila Allah adalah Dzat yang telah menciptakan manusia dalam wujud yang paling sempurna. Terlepas dari penilaian subyektif manusia yang menilai seseorang good looking atau bad looking, pada prinsipnya Allah telah menciptakan manusia pada kondisi yang paling sempurna dibanding makhluk lainnya. Ini harus kita yakini karena Allah adalah sebaik-baik Pencipta. Nah kalo Allah telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan lalu ada yang mencela dengan ejekan-ejekan kira-kira berdosa gak?

Sebagai seorang muslim yang telah dipilih sebagai generasi terbaik, tidak sepantasnya bila kita memanggil saudara kita, dengan panggilan yang jelek. Pernah suatu ketika terjadi perseteruan antara Khalid bin Walid dan Abdurrahman bin Auf, dan akhirnya Khalid pun mencela Abdurrahman bin Auf. Mendengar hal itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

“Janganlah kalian mencela para sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas seperti gunung uhud tidak akan menyamai satu mud (infaq) salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya.” (HR.Bukhari dan Muslim)

Sabda Rasulullah tersebut menunjukkan betapa besarnya nilai kehormatan seorang sahabat dan Muslim. Makanya kita kudu berhati-hati dengan kehormatan saudara kita karena panggilan yang tidak enak karena bisa menyakitinya. Sebagaimana firman Allah:

"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata." (QS.Al Ahzab: 58)

Menyakiti di sini gak cuma secara fisik lho.. bisa juga lewat ucapan maupun panggilan. So hati-hati ya ikhwan wa akhwat.

JANGAN TAKABUR SOB

Sobat muda, sebagian orang menganggap bahwa sapaan negatif justru membuat mereka jadi akrab. Atas alasan itu, banyak orang akhirnya saling mencari kekurangan saudaranya untuk panggilan sapaan. Sayangnya, cara seperti ini justru menimbulkan konflik di tengah pergaulan. Banyak orang yang tidak terima dipanggil dengan sapaan yang jelek, alhasil pertengkaran hingga benturan fisik pun tak terhindari. Bila sudah demikian, siapa yang kuat ototnya, dialah yang menang dan bisa sewenang-wenang terhadap yang lemah.

Trus, apa kita sebagai pemuda/pemudi muslim juga boleh seperti itu? Jangan ya sobat muda..daripada sibuk cari kejelekan orang dan melabeli orang dengan sapaan yang jelek, mending kita sebaiknya muhasabah (introspeksi diri). Muhasabah seharusnya jadi kebiasaan setiap muslim. Bukankah para Sahabat Nabi suka menghisab diri mereka setiap hari? Dengan biasa bermuhasabah, akan muncul sikap menghargai kekurangan orang dan menghindari kebiasaan merendahkan martabat manusia.

Kudu diinget juga, kita ini di hadapan Allah kedudukannya sama tapi yang membedakan adalah tingkat ketakwaan dan yang paling mulia adalah yang paling bertakwa. Sebagaimana yang terdapat dalam Al Qur’an. Allah hanya melihat ketakwaan aja kok, bukan dari fisik kita, mau cantik, ganteng, jelek, buruk rupa sebagaimana Rasulullah bersabda,

“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk tubuh-tubuh kalian dan tidak juga kepada bentuk rupa-rupa kalian, tetapi Dia melihat hati-hati kalian” (HR.Muslim 2564)

Maksudnya hati adalah ketakwaan. Gak bakalan ada gunanya kalo cantik wajahnya tapi buruk akhlaknya dan ketakwaannya. Justru bakalan celaka di dunia & akhirat.

JAGALAH LISAN KITA

Sobat muda, yang harus kita ingat segala omongan dan perbuatan kita dicatat oleh malaikat dan nanti akan dipertanggungjawabkan pada hari kiamat. Untuk itu kita harus berhati-hati dalam berucap, dan hendaknya kita mematuhi sabda Rasulullah,

“…..,Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir (kiamat). Hendaklah ia berkata baik atau diam..” (HR. Muslim)

Trus akhi, balasannya apa kalo kita bisa menjaga lisan? Perlu sobat muda ketahui, Lisan termasuk dari 2 perkara yang menyebabkan seseorang masuk neraka. Oleh karena itu, Rasulullah menjamin kita dengan surga jika kita bisa menjaga lisan, sebagaimana sabdanya,

“Siapa yang dapat menjamin untukku apa yang ada di antara 2 janggutnya (lisan) dan apa yang ada di antara 2 kakinya (kemaluan), maka aku menjamin untuknya surga.” (HR.Bukhari)

Wow..surga jaminannya sobat muda!! Gak tanggung-tanggung kan balasannya. Lagipula kita semua pengen dong jadi Muslim yang sejati kan.. pada tau gak, gimana sih Muslim yang Sejati? Rasulullah bersabda, “Almuslimu man salimal muslimuuna min lisaanihi wayadih” (“Muslim yang sejati ialah jika muslim lainnya selamat/ aman dari gangguan lisannya dan tangannya”)" (HR.Muslim)

Kita dengar pula perkataan dari Sahabat Umar bin Khattab

“Barangsiapa yang banyak bicara, banyak jatuhnya,

Barangsiapa yang banyak jatuhnya, banyak terplesetnya

Barangsiapa yang banyak terplesetnya, banyak salahnya,

Barangsiapa yang banyak salahnya, maka tempatnya di Neraka”

Na'udzubillah..pada gak mau kan masuk neraka?

Sungguh indah nasehat dari Ibnu Abbas, “Katakanlah yang baik, kamu akan mendapat pahala, atau diam dari yang buruk maka kamu akan selamat. Kalau tidak, kamu akan menyesal.” (Jami’ul Uluum Wal Hikam karya Imam Ibnu Rajab Al Hanbali)

SAPAAN GAUL,BOLEH?

Dalam interaksi sehari-hari, seringkali kita juga menemukan sapaan-sapaan gaul ala anak-anak alay dan gaul zaman sekarang, misalnya mas bro (singkatan dari mas brother), cin (singkatan dari cinta), coy, cuy, nyokap, bokap, beb, say, de el el. Sapaan ini awalnya dipopulerkan oleh selebritis, lalu dikonsumsi mentah-mentah oleh para kawula muda. Hingga saat ini, sapaan kaya gini jadi fenomena lumrah dan wajar di kalangan anak muda. Namun apa bisa dibenarkan kebiasaan ini?

Bila kita mengacu pada tuntunan Islam tentang masalah pergaulan, tentu hal ini terasa kurang pas. Sapaan-sapaan tersebut berkesan negatif bahkan menjurus ke ‘urakan’. Sebagai muslim, kita diperintahkan untuk menggunakan bahasa yang baik dalam berkomunikasi atau diam bila tidak bisa. Selain itu, dalam tata bahasa kita juga ada banyak sapaan yang lebih baik dan enak untuk didengar daripada “bahasa gaul”. Ingat sobat, bahasa yang keluar dari mulut kita bisa jadi cermin akhlak kita lho… Kalo bahasanya bagus, biasanya keluar dari hati yang bagus juga.. Gak percaya? Buktiin aja deh…

Wallahu A’lam

Sumber: Elfata 01 vol.12 dan dokumen pribadi Salim Ibnu Abdul Choliq
sumber : Sumber : G+ / Google + (Google Plus) , Muslimah Perindu Surga

0 Response to "SAPAAN JAHILIYAH"

Posting Komentar