بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Manusia itu, dia sok pintar.
Dia sok jago matematika.
Dia menghitung-hitung.
Dia gunakan logikanya yang sudah
diasahnya sedari kecil.
Hingga dihasilkan nilai-nilai
yang membuatnya merasa benar.
Padahal kenyataannya tidak selalu
demikian.
Pernahkan Anda melihat lautan
yang begitu luas? Berapa banyak air yang terhampar di belantara lautan itu?
Kemudian Anda coba masukan sebuah
jari Anda kedalam air di lautan itu. Lalu Anda angkat jari Anda kembali, lihat
ada beberapa air yang menetes dari jari yang diangkat. Dan sebagian ada yang
masih menempel di jari Anda.
Air yang masih menempel di jari
Anda itulah kita. Itulah logika kita yang kita bangga-banggakan ini. Sedangkan
hamparan air di lautan sejauh mata memandang itulah “logika Allah swt”.
Logika manusia terlalu kecil dan
terlalu sempit untuk memahami logika kehidupan yang ditetapkan oleh Allah yang
terlampau besar. Maka kadang ada istilah “tidak masuk akal”, ya memang benar,
memang akal kita ini terlalu sempit.
Banyak sekali hal-hal dalam hidup
ini yang jelas-jelas logika kita tak akan bisa memahaminya.
Ada sebuah pengalaman yang saya
buktikan sendiri bahwa memang saya ini sebagai manusia benar-benar terlalu
bodoh. Saya rasakan sendiri bahwa manusia itu terlalu banyak kekurangan dan tak
tau apa-apa mengenai ketetapan Allah.
Ini adalah kisah saya hidup di
Ibukota, hanya dengan gaji 850ribu sebulan.
Masuk di akal? Jelas tidak kawan.
Sebelumnya mari kita hitung
bersama berapa besar pengeluaran rutin saya tiap bulannya.
- - Kos 1 bulan = 500.000
- - Makan 1 hari 20.000 (ini sudah menu superhemat)
x 30 hari = 600.000
- - Transpot 2 kali busway 7000 x 30 hari = 210.000
- - Total pengeluaran = 500.000 + 600.000 + 210.000
= 1.310.000
- - Gaji anak magang = 850.000
Baru untuk 3 item saja duit saya
harus sudah nombok 1.310.000 – 850.000 = 460.000
Memangnya saya mandi gak pake
sabun? Saya ga kepingin gosok gigi pake odol? Ga pingin minum air? Ga pingin
yang lain-lain? Jelas kepingin, karena saya pun masih pingin hidup. Jadi masih
ada biaya lain yang dikeluarkan untuk keperluan itu.
Sebelum saya berangkat ke
Jakarta, baru membayangkan angka-angka itu saja rasanya sudah stress. Mengapa
tidak magang di rumah saja sih? Kan bisa lebih hemat? Gimana bisa beli barang
yang dibutuhkan dengan dana sebesar itu.
Tapi kenyataannya sekarang sudah
hampir 8 bulan saya hidup di Ibukota, dan saya lupa kapan terakhir kali minta
uang orang tua, karena selama 8 bulan ini memang saya mencegah transfer dana
dari orang tua.
Pengalaman ini yang ingin saya
bagikan, mudah-mudahan bisa menginspirasi.
=====================
Ini adalah masalah mindset kawan,
Saya adalah seorang laki-laki.
Beberapa tahun lagi tanggung jawab saya bukan lagi menghidupi diri saya
sendiri, tapi juga menghidupi anak orang, alias menikah, punya istri, nanti
lama-lama punya anak. Kalau saya tidak latihan dari sekarang untuk menyetop uluran
dana dari orang tua, saya akan kaget ketika besok saya menikah dan berhadapan
dengan kebutuhan yang berkali kali lipat besarnya. Ini mindset pertama kali
saya tiba di Jakarta.
Bagaimana
menjadi sosok kepala
keluarga yang bisa diandalkan? Jawabannya adalah dia yang memahami
agama, karena agama adalah segalanya. Dia adalah alasan untuk melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
Saya
ini anak nakal, bukan seperti ustad yang sholeh, rambut saya gondrong, bukan
seperti PNS, tapi saya berusaha ingin menjadi pemimpin keluarga yang baik. Maka saya dengarkanlah
ceramah-ceramah keagamaan. Berhubung dulu saya ini orangnya malas datang ke
kajian, saya download saja video-video ceramah dan motivasi dari internet.
Apalagi provider internet sedang berlomba-lomba pasang kuota besar-besaran. 5GB
per bulan akan sangat mubadzir kalo tidak dimanfaatkan secara optimal. Maka
tiap malam saya download video tausiah itu, ditinggal tidur, lalu paginya saya
putar. Itu rutinitas saya setiap hari di awal magang. Ingat, setiap hari lo.
Setiap pagi saya dengerin pengajian sebelum berangkat ke kantor. Hingga
sekarang mungkin koleksi video saya sudah lebih dari 10GB.
Ada satu poin yang saya garis
bawahi pada beberapa video tersebut:
Ilmu investasi memang banyak
diajarkan dimana-mana. Bagaimana kita mengelola modal dengan optimal, sehingga
menghasilkan benefid. Tapi kebanyakan hanya mengajarkan bagaimana cara
menanamkan modal, menilai risiko, dan saving untuk keperluan mendesak. Ada satu
hal yang terlewatkan dari pelajaran ilmu investasi, padahal justru ini adalah
yang paling utama. Ilmu itu adalah ilmu sedekah. Sedekah adalah langkah pertama
yang harus dilakukan oleh investor sebelum berinvestasi. Investasi paling aman
adalah sedekah, karena ini adalah janji Allah, bukan janji manusia. Setiap
harta yang disedekahkan maka dia akan kembali lagi sebesar 10 kali lipatnya.
Saya dapat ilmu itu dari Mas
Ippho Santosa.
Masuk di logika? Jelas tidak...
Kalau di logika kita, 10 – 1 = 9
Tapi kalau logika Allah, 10 – 1 =
19. Kita punya duit 10 disedekahkan 1, maka 1 akan kembali menjadi 10. Maka
total duit kita menjadi 19.
Jadi misalnya kita punya duit
hanya 10.000, tapi saya ingin membeli barang atau hajad yang senilai 50.000.
Maka kita perlu sedekah 5000. Karena 5000 x 10 = 50.000 plus sisa uang kita
5000 = 55.000.
Itu matematika sedekah yang saya
dapet ilmunya dari Ust. Yusuf Mansyur.
Lalu saya lihat nih gaji saya
850.000. Kebutuhan hidup saya rata-rata harusnya 1.500.000. Berarti kira-kira
masih kurang 800.000 an. Berarti duit yang kudu saya sedekahkan adalah 80.000.
Berat tidak menyedekahkan nilai
segitu dengan gaji segitu? Jelas berat men. Awalnya.
Tapi ada sebuah video yang saya
lihat dari Ustd Felix Siauw.
Beliau berkata bahwa kebiasaan
itu ibarat seperti ketika kita menginjakkan kaki kita tanpa alas kaki di
hamparan lapangan yang penuh dengan rumput. Pada awalnya, kaki kita akan merasa
sakit karena rumputnya masih tajam-tajam. Tapi setelah beberapa kali kita
melewati rumput itu, lama-lama rasa sakit itu berkurang karena rumput yang
lama-lama semakin merunduk, dan akhirnya menjadi biasa saja untuk dilewati.
Dan yang paling perlu ditekankan
adalah, jangan ada alasan apapun yang membuat kita mundur ketika akan melakukan
suatu kebaikan. Ketika akan sedekah, kok mendadak logika kita bicara, “kok
banyak banget, tapi kan lagi butuh beli itu, gimana nanti mau beli itu?” Nah!
Kata-kata semacam itulah salah satu bentuk dari lemahnya manusia. Sekali lagi,
selain untuk itung-itungan pelajaran, jangan percaya dengan logika.
Maka agar tidak semakin pusing
dengan banyak lagi alasan yang datang untuk menunda, sedekah saya yang pertama
adalah senilai Rp 100.000 glondong yang langsung saya masukan di kotak amal
masjid Istiqlal.
Pada saat itu mindset saya hanya
kepingin ngetes. Apakah yang dikatakan pak ustad-ustad tadi tentang
koar-koarnya khasiat sedekah itu benar atau tidak.
-----------------------
Nama saya Dinar. Saya sering kali
mendengar di ceramah-ceramah, toko buku, atau kaligrafi-kaligrafi mengenai
sebuah ayat yang bernama ayat seribu dinar. Apa nih maksudnya?
Rupanya, itu adalah ayat yang
konon didapat dengan harga 1000dinar (1 dinar=2juta). Jadi 1000 x 2juta = 2M.
Untuk kisah lengkapnya, saya sudah pernah posting tentang Hikayat Ayat Seribu Dinar disini.
Pada ayat tersebut dikatakan
bahwa barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, dengan sungguh-sungguh
menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah yang memang amat sangat berat,
maka Allah akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Memang
ayat seribu dinar ini kisahnya adalah kisah seorang pedagang yang sukses
setelah membaca ayat ini tiap habis sholat. Jika memang benar begitu, mengapa
tidak saya ikutan saja? Maka ini habit kedua yang saya lakukan sehabis sholat.
--------------------------------------
Ada dua sholat yang filosofinya
sangat lucu, yaitu sholat tahajud dan duha.
Sholat Tahajud itu singkatannya
Tau Tau Harta Bersujud.
Sedangkan sholat Duha itu
singkatannya Doanya Pengusaha.
Hehe itu singkatan dari si otak
kanan mas Ippho Santosa. Kata beliau, dua sholat itu tidak boleh kelewatan jika
ingin menjadi pengusaha sukses dan kaya raya. Hmm, tidak ada salahnya untuk
dicoba. Alhamdulillah sejak pertama magang sampai sekarang duha saya masih
rutin terjaga sebelum mulai kerja. Malah, kalau kita merasa kita akan
disibukkan oleh setumpuk kerjaan di suatu hari, maka awali hari itu dengan
berduha. Maka harimu itu akan terasa lapang dan tidak diburu-buru waktu. Itu
saya rasakan sendiri dengan rutinitas kehidupan yang menantang di kota Jakarta
yang super padat penduduk ini.
---------------------------------------------------------
Ada dua pengusaha yang mindsetnya
selalu saya coba untuk terapkan. Dia adalah Merry Riana dan Top Ittiphad.
Merry Riana adalah entrepreneur
muda yang berhasil bebas finansial dalam usia 30 tahun. Dia berhasil meraih
sejuta dolar dalam usia yang masih muda, padahal sebelumnya dia punya hutang
pemerintah Singapura ratusan juta.
Sedangkan Top Ittiphad adalah
pengusaha rumput laut asal Thailand yang produknya bisa kita lihat sudah
nongkrong di Alfamart dan Indomaret dengan label Tao Kae Noi. Dia sukses bebas finansial
di usia 26 tahun, padahal sebelumnya keluarganya mempunyai hutang 4 Milyar.
Bukan masalah duitnya atau
hutangnya yang saya banggakan dari mereka. Tapi masalah habitnya. Habit
pengusaha adalah semakin pandai dia memanfaatkan waktu dan situasi, maka
semakin suskes. Ada 2 alasan pengusaha untuk melakukan suatu hal, yaitu: apakah
hal itu ada duitnya? Dan apakah hal itu ada pahalanya? Jika tidak dua-duanya,
maka wajib tinggalkan!
Top Itthipad dan Merry Riana
mengorbankan waktu bermain di usia muda mereka untuk bekerja. Di filmnya berjudul Top
Secret, ada sebuah adegan dimana anak muda seusia Top bisa berjalan dengan
santai sambil dengerin mp3, sedangkan Top harus berjalan dengan berkeringat
menggendong sekarung kacang untuk berdagang.
Jadi sebenarnya yang membuat seseorang
kaya atau tidak itu bukan perkara kerjanya sebagai PNS atau Pengusaha, tapi
masalah habitnya. Saya pernah menjelaskan secara gamblang perbedaan habit
keduanya di artikel saya berjudul PNS versus Pengusaha, Mana yang Lebih Suksesdisini.
Maka mengapa saya tidak meniru
kebiasaan mereka?
Saya punya banyak koleksi film
dari teman. Tapi sampai sekarang belum pernah saya tonton. Bahkan, film
Dispecable Me pun saya belum nonton lo! Padahal saya punya dari yang pertama
dan kedua. Karena pas saya mau nonton film itu, saya pasti kepikiran apakah ada
dampak positifnya buat saya ke depan. 1. Apakah ada duitnya? 2. Apakah ada
pahalanya? Memang lebay, tapi itu adalah salah satu faktor saya bisa bertahan
dengan gaji 850 per bulan.
Saya ganti kegiatan saya yang
harusnya bisa dipakai untuk nyantai dengan hal yang lebih bermanfaat. Karena
mindset saya sebenarnya kesenangan itu akan terakumulasi. Kalau kita
bersenang-senang sekarang, suatu saat nanti kita pasti akan merasa bersusah
susah. Tapi kalau bersusah-susah sekarang, maka kesenangannya nanti akan
menumpuk dibelakang seperti menanam benih. Dan mumpung saya masih muda, saya
ingin bekerja keras dulu di usia yang muda, seperti Top dan Merry tadi. Mereka
berdua rata-rata menggunakan waktu sehari untuk bekerja selama 18 jam.
Kebetulan saya gemar di bidang komputer,
musik dan sastra. Maka saya mulai pontensikan kegemaran saya itu untuk
menghasilkan karya yang bermanfaat. Saya mencoba menulis buku, saya mengarang
lagu dan mencoba mengaransemen, saya mengikuti lomba sastra online yang
iming-iming hadiahnya besar, lomba bikin puisi, lomba nulis cerpen, saya juga
kadang ikut lomba kompetisi blog. Itulah hal-hal yang saya lakukan untuk
mengisi waktu luang saya.
------------------------------------------------
Ada sebuah hadits yang
menyebutkan bahwa Allah SWT amat membenci orang yang terlalu banyak makan dan
terlalu banyak tidur. Dengan kata lain berarti yang sedikit makan dan sedikit
tidur akan lebih disayang. Dan kalau disayang maka akan lebih sering diberi
pertolongan.
Itulah alasan yang sangat kuat
mengapa saya setiap makan hampir tidak pernah lauk daging. Lebih seringnya
pakai lauk gorengan. Total pengeluaran makan saya sehari maksimal 20 ribu,
lebih seringnya ngga sampai.
Makan ngga pakai daging, apa bisa
kenyang? Tidak. Tapi justru Rasulullah menyarankan kita agar berhenti makan
sebelum kenyang.
Makan ngga pakai daging, daging
kan menyehatkan? Iya sehat sekarang, tapi terakumulasi sakitnya besok di usia
tua. Lebih menyehatkan daun-daunan dan sayur. Ayah saya sejak kecil jarang
sekali makan daging, tapi sampai usia sekarang beliau tidak pernah sakit yang
aneh-aneh. Jika ada dua pilihan lauk: daging dan sayur, dan hanya boleh memilih
salah satu, maka ayah akan memilih sayur. Saya lebih percaya kepada kata-kata
ucapan ayah daripada kata-kata dari iklan daging olahan yang bentuknya lonjong.
Banyak yang bilang kalau nanti
gajinya sudah banyak apa yo mungkin makan sesederhana itu? Jawaban saya ada di
Surah At Takasur: bahwa menjadi kaya itu tidak dilarang, tapi pola hidup harus
tetap sederhana.
Nabi kita Muhammad SAW kaya
rayanya bukan main. Lha bayangin saja penduduk di jaman nabi itu hampir
seluruhnya bahagia, padahal salah satu indikator kebahagiaan adalah
tercukupinya kebutuhan. Dan untuk memenuhi kebutuhan itu pakainya duit. Tidak
salah lagi bahwa harta Rasulullah itulah yang selalu dibagi-bagikan kepada
umatnya, hingga Beliau sendiri tidur hanya dengan pelepah kurma.
Ada sebuah kejadian dimana Rasul
sedang menjadi imam sholat. Ketika selesai salam, Rasul terburu-buru pulang ke
Rumah, tidak seperti biasanya Beliau yang selalu berdzikir panjang terlebih
dahulu. Para sahabat pun keheranan.
Beberapa saat kemudian, Rasul
kembali datang ke masjid untuk melanjutkan dzikirnya.
Setelah selesai, sahabat pun
bertanya karena penasaran, apa yang menyebabkan Rasul tadi terburu-buru pulang?
Kemudian Rasul menjawab, bahwa
setelah salam tadi mendadak beliau teringat bahwa di bawah alas tidurnya masih
tersimpan beberapa dirham uang. Dan beliau sangat takut akan ditanya Allah
mengapa Engkau masih menyimpan uang, sedangkan di luar sana banyak umatmu yang
lapar. Maka beliau segera pulang mengambil uang tadi dan memberikan kepada
badan, lalu kembali ke masjid lagi untuk menuntaskan dzikir. Di sini, sungguh
tampak pola kesederhanaan hidup dan semangat berbagi dari beliau yang
seharusnya ditiru oleh umat manusia yang kepingin sukses dunia akhirat.
Setiap hari senin dan kamis, saya
juga upayakan untuk berpuasa. Selain untuk masalah hemat, juga karena masalah
pahala.
------------------------------------
Itulah beberapa kebiasaan yang
bisa saya share.
Sedekah ditambah baca ayat seribu
dinar ditambah rutin sholat duha ditambah puasa senin kamis ditambah
memanfaatkan waktu adalah uang.
Kata banyak ustad, sedekah itu
dapat memperkaya harta. Setelah saya praktekan, rupanya benar begitulah adanya!
Setelah saya sedekahkan 100ribu tadi, ada-ada saja rejeki yang datang
bergantian. Bergantian lo, seperti baris ngantri untuk datang kepada saya, itu
yang saya rasakan. Mulai dari dapet makan siang gratis di kantor, bahkan teman
saya sampai ada yang bilang kalau sekelompok kantor dengan saya itu enak,
sering dapet makan siang gratis. Saya juga bingung. Ada juga honor yang
mendadak cair, honor diklat, uang perjalanan dinas, dan lain-lain.
Memang, seperti terjemahan di
ayat seribu dinar yang rutin saya baca tadi, rezeki dan pertolongan Allah itu
datangnya dari arah-arah yang tidak diduga. Termasuk ide-ide yang muncul di
kepala ini pun juga merupakan bentuk dari rezeki Allah yang tak terduga.
Ada sebuah kisah Muhammad Al
Fatih dalam menaklukan Konstantiopel, sebuah kota besar yang sudah selama 700
tahun lebih mencoba ditaklukan oleh pasukan muslim tapi selalu berujung di
kegagalan karena pertahanan kota yang luar biasa tangguhnya. Muhammad Al Fatih
inilah satu-satunya yang akhirnya berhasil, bagaimana caranya? Percaya atau
tidak, pasukan Al Fatih ini menumbangkan Konstantinopel dengan cara membawa
kapal-kapal perang mereka berlayar bukan di atas ombak, tapi di atas gunung!
Alias membawa kapal-kapalnya naik ke atas gunung untuk menyerbu Konstantinopel,
karena hanya pada sisi gunung-gunung itulah pertahanan kota itu lemah.
Bukan masalah mendorong kapalnya
yang luar biasa disini. Tapi bagaimana Al Fatih bisa untuk mendapatkan ide
untuk menyerang Konstantinopel dari arah gunung itulah sebuah rezeki dan rahmat
dari Allah yang luar biasa. Kuncinya adalah, beliau selalu memperingatkan
kepada pasukannya jangan sampai ada yang bermaksiat satupun, karena maksiat
dapat menghalangi rahmat Allah, dan beliau mengerahkan pasukannya untuk
berpuasa.
Maka dari itu, kadang-kadang saya
pun sering mendapat ide-ide yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Misalnya,
membuka jasa edit foto. Itu ide yang menurut saya sangat konyol. Jadi ceritanya
secara mendadak instansi saya meminta pas foto dengan memakai jas. Otomatis
banyak anak yang tidak mungkin punya jas, apalagi untuk beli pasti mahal dengan
gaj yang baru segitu. Kalau mau foto studio pun mahal bisa sampai 20ribu. Ya
saya buka jasa edit foto saja, saya pasangin jas di fotonya yang lama. Saya
pasang tarif 5ribu-10ribu perfoto.
Memang harus ada pengorbanannya,
sempat saking banyaknya orderan dan deadline saya tiap hari tidur jam 11 dan
bangun jam 4. Dan selama bangun itu langsung ngedit foto lagi.
Lalu...........
Apakah dengan pola hidup seperti
ini hidup saya jadi monoton dan tak ada kebahagiaan sama sekali seperti manusia
normal? JELAS TIDAK.
Saya juga bermain dengan
teman-teman untuk melepas penat.
Saya juga masih bisa karaokean.
Saya juga masih bisa makan di
restoran bareng-bareng.
Saya juga bisa beli pakaian dan
seragam baru.
Setiap pulang ke rumah semarang,
saya justru tidak pernah naik kereta ekonomi lo, minimal bisnis, seringnya
malah eksekutif yang harganya 300ribuan karena lebih cepat sampai lebih banyak
waktu bertemu orang tua. Karena orang tua adalah segalanya. Saya yakin,
kesuksesan saat ini tidak akan diperoleh tanpa doa orang tua. Bisa pulang ke
rumah untuk sekedar nyapu ngepel dan bantuin orang tua nyuci baju di rumah
nilainya lebih baik daripada apapun yang saya dapatkan saat ini di Jakarta.
Saya malah kadang nyuci pakaian
di londrian karena terlalu capek, padahal itu bayar.
Saya
masih bisa beli speaker
logitech yang high quality dan dvd writer merek samsung yang harganya
selangit. Padahal saya awalnya cuma melongo melihat harga kedua barang
ini yang selangit dengan status gaji 850. Beberapa minggu kemudian kok
malah bisa beli dua-duanya.
Saya bahkan bisa beli gitar baru
yang mirip sama gitarnya ariel noah.
Dan lihatlah sekoper buku-buku
yang masih sempet saya beli.
Dan masih banyak lagi.
Namun kebahagiaan yang paling
besar adalah, saya memperoleh itu semua tanpa meminta uang dari orang tua.
Sungguh ini merupakan pengalaman dan perjuangan yang tak terlupakan.
========================
Saya tidak bermaksud untuk pamer.
Saya hanya ingin menunjukan bukti kebesaran Allah SWT bahwa apa saja yang
dijanjikan oleh Nya itu benar adanya, jika kita yakin dan manut. Jika Allah
nyuruh kita sedekah, ya sedekah aja. Jika disuruh puasa ya puasa. Jika disuruh
nggak pacaran ya jangan pacaran. Logikanya, Allah nyuruh gitu pasti Dia juga
menjamin ada kesuksesan dibalik itu. Kebanyakan kita itu ngeyelan, makanya
hidupnya terkesan berat. Wong yang bikin hidup kita mudah itu Allah, kok malah
ngeyel sama aturan Allah. Masalah ngeyel ini pernah saya bahas di postingan GregetnyaUmat Islam disini.
Bukti bahwa sedekah dapat
melipatgandakan harta itu benar sekali. Bahkan saya sendiri saat menulis
artikel ini lo masih bingung kok bisa sebegitu hebatnya yang saya peroleh ini.
Sampai saat ini, saya selalu
menyisihkan 10 persen dari 850ribu untuk disedekahkan. Entah bagaimanapun
caranya pokoknya minimal 80ribu harus habis disedekahkan dalam sebulan.
Pernah suatu ketika, sata
benar-benar sedang ludes. Dompet saya isinya cuman 2 lembar: 10ribu 1 lembar,
dan 5ribu 1 lembar. Saat itu hari jumat, pasti ada kotak infaq yang
dikelilingkan saat sholat jumat. Berhubung sudah menjadi habit, rasanya tidak
enak kalau tidak memasukan uang ke dalamnya. Kalau saya masukin 10ribu, berarti
saya hanya punya 5ribu. Naik busway 3500, hanya sisa 1500 di dalam dompet, apa
nggak bahaya pergi cuman bawa uang segitu? Tapi kalau saya ngasih 5ribu,
berarti saya meremehkan sedekah, soalnya yang dipilih kok malah justru duit
yang nilainya rendah. Daripada pusing, langsung saja saya masukan 10ribunya.
Setelah sholat jumat, saya
dipanggil kepala seksi kantor, diminta untuk ke Kantor Pusat buat ngurus proyek
pembuatan website kantor. Lalu dibikinin deh Surat Perjalanan Dinas (SPD).
Akhirnya saya ke Kantor Pusat sekalian pulang naik taxi yang dibayarin. Habis
dari kantor pusat, saya diajak mampir ke restoran, ditraktir! Sudah berapa duit
itu? Lebih dari 10ribu kan? Plus besoknya dapat uang perjalanan dinas 100ribu.
Subhanallah.
Keajaiban sedekah lainnya, saya
mendadak dapat telpon dari rumah, rupanya cerpen saya yang saya ikutkan di
kompetisi online masuk di juara favorit. Dapet sertifikat dan hadiah yang
lumayan nilainya.
Tidak berhenti sampai di sini,
sekarang pun saya sedang diminta membuat website untuk KPPN Jakarta 7. Mangapa
saya yang diminta?? Padahal yang lain juga bisa. Mungkin jawabannya ya karena
sedekah dan amalan-amalan tadi. Padahal kata kepala kantornya, jangan kuatir
nanti dibayar kok. Subhanallah, rezeki lagi, dari arah yang tidak disangka.
Dan sekarang pun saya mendadak
dapet ide, mengapa saya tidak menulis buku tentang kisah saya selama 8 bulan
ini saja. Karena memang masih sangat banyak hal yang tidak dapat terurai di
sini. Bisa jadi rezeki lagi kan.
Maka apakah kita ini sudah pandai
matematika????
Apakah nilai matematika kita di
ujian nasional dulu nilainya 100???
Ternyata Allah jauh lebih pintar
matematika!
Jangan percaya dengan mata kita,
sebab mata hanya bisa melihat apa yang bisa dilihat. Jangan percaya logika
kita. Tapi percayalah kepada logika Allah. Bagaimana caranya? Allah memberi
sebuah tools maha dahsyat untuk memahami logika Allah. Alat itu adalah hati.
Gunakan hati sebaik-baiknya, jangan dikotori, jangan dinodai, maka insya Allah
dia akan lebih mudah untuk digunakan.
Semoga bermanfaat ;)
sumber:
http://dinarmagzz.blogspot.com/2014/05/hidup-dengan-850-ribu-per-bulan-sebuah.html
0 Response to "HIDUP DENGAN 850 RIBU PER BULAN, SEBUAH KISAH TAK MASUK AKAL"
Posting Komentar