بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Assalamualaikum
Dalam hidup ini segala sesuatu
sudah ditetapkan dalam Alquran dan Sunnahnya. Apa saja aspek yang diwajibkan
untuk dikerjakan, dimana kita akan menuai banyak pahala nantinya kelak, dan apa
saja yang tidak boleh untuk dilakukan, dimana ketika kita nekat melakukannya
maka tidak akan bertambah saldo pahala kita, lebih-lebih justru malah terhitung
sebagai dosa.
Berbuat maksiat, berjudi,
mabuk-mabukan, merampok, mencuri, jelas itu contoh-contoh kegiatan yang
dilarang untuk dilakukan. Bagaimana dengan beribadah?kita mengerjakan sholat,
membaca Alquran, puasa, sedekah, zakat, apakah itu dapat berpahala. Iya
berpahala. Tapi tidak jarang pula, kita tidak dapat apa-apa. Misalnya, puasa
tapi ngegosip. Maka yang didapat bukan pahala, tapi hanya lapar dan haus.
Kali ini, kita akan sharing
mengenai Ibadah yang Tidak Boleh Dilakukan. Karena jika kita melakukan itu,
maka kita tidak akan dapet apa-apa. Atau kayaknya juga sih kalau dilogika malah
justru dapetnya dosa. Ibadah apa itu? Ibadah yang tidak boleh dilakukan adalah:
“Berdoa kepada Allah, tapi Tidak Yakin”.
Berdoa kepada Allah secara
sepintas memang seperti bisa dipikir bahwa kita yang butuh sesuatu kepada
Allah. Jadi ya terserah kita mau berdoa atau tidak, kalau pas lagi ga kepingin
sesuatu. Tapi, faktanya memang kita ini pasti selalu membutuhkan Allah. Setiap
detik. Bahkan setiap nol koma sekian detik, kita pasti butuh Allah. Ngga
percaya? Bagaimana kalau Anda bayangkan telinga Anda tidak bisa mendengar apa
apa dalam 1 detik aja deh. Pasti Anda bakal bingung dan kaget dan sedih.
Naudzubillah ya Allah. Itulah mengapa kita pasti butuh Allah.
Oleh karena itu, berdoa,
merupakan bagian dari kewajiban. Orang yang tidak mau berdoa, orang yang ketika
selesai sholat langsung lari ke meja kerjanya, orang-orang demikian itu adalah
orang yang dianggap sombong di hadapan Allah.
Di dalam berdoa itu sendiri, ada
yang namanya bagian doa yang bernama “keyakinan”. Itu pun bagian dari kewajiban
atau keharusan. Kita semua tau bahwa Allah itu maha segalanya. Jika Anda belum
tau, cari tau di Asmaul Husna. Apa sih yang tidak bisa dilakukan oleh Allah
kalau membelah lautan saja bisa dengan mudah untuk dilakukan. Ada beberapa
orang yang sudah mengerti bahwa berdoa itu wajib dilakukan. Namun mereka belum
memahami ke-Maha Segalanya-an yang dimiliki oleh Allah. Akibatnya, mereka
berdoa hanya meminta yang kecil-kecil. Atau ketika meminta sesuatu yang besar
pun setelah selesai berdoa mereka malah galau karena berpikir bahwa doanya itu
terlalu besar untuk diraih. Padahal, segalanya itu kecil di mata Allah.
Ada pula beberapa tradisi yang
dilakukan oleh manusia ketika berdoa. Pernah tidak Anda menjumpai perbedaan
pendapat antara dua pihak dimana yang satu mengatakan bahwa membaca Surah
Yaasin itu semakin banyak semakin baik sebab kita tidak tau bacaan kita yang ke
berapa yang akan dikabulkan oleh Allah, maka mereka bisa saja membaca Yaasin
sampai 90 kali setiap kali baca. Kemudian di pihak lain ada yang mengatakan bahwa
membaca Yaasin itu sedikit saja tapi berkualitas. Dikhawatirkan jika terlalu
banyak yang dibaca justru penghayatan dan lafalnya kurang sempurna dan malah
bacaannya tidak sampai kepada Allah.
Menyikapi hal tersebut, saya juga bingung. Akhirnya saja bertanya kepada seorang santri yang kebetulan saya
ketemu dengan beliau dalam bis Nusantara Semarang-Jogja ketika sedang berangkat
untuk ujian CPNS.
Santri itu pun menjawab, bahwa
sebenarnya yang perlu diperhatikan itu bukanlah masalah kuantitas atau
kualitas. Yang perlu untuk digarisbawahi adalah masalah keyakinan. Keyakinan,
dan keyakinan. Yakin adalah sebuah kondisi dimana ketika dirimu sudah merasa
tenang dan nyaman, karena kamu optimis bahwa doamu sudah delivered kepada Sang Pencipta
untuk diproses. Sehingga berapapun jumlah doa yang dipanjatkan, atau sebagus
apapun Anda melafalkan doa itu, sepertinya sia-sia saja ketika Anda sendiri
tidak yakin dengan doa Anda.
Misalnya nih, mau ujian nasional
baca yaasin 1001 kali tiap malam. Ternyata besoknya pas baru masuk ke ruang
ujian saja Anda udah minder, “duh bisa ngerjain gak ya bisa gak ya bisa gak
bisa gak”, lantas apa gunanya membaca 1001 yaasin semalam kalau Anda masih
ragu. Di sisi lain, ada orang yang hanya membaca “Robbi zidni ilma warzukni
fahma, ya Allah berilah saya ilmu pengetahuan serta karunia untuk memahaminya”
setiap sebelum belajar, kemudian orang itu pun masuk ke ruang ujian dengan
optimis dan yakin bahwa Allah akan membantu mengerjakan ujian tersebut.
Kira-kira mana yang lebih berpotensi juara?
Semua itu tergantung kepada diri
masing-masing. Selalu ingat, bahwa Allah itu sesuai prasangka hambaNya. Ketika
seseorang meragukan kebesaran Allah, maka Allah akan bener-bener mengabulkannya
dengan tidak diberikannya keajaiban-keajaiban dalam hidupnya. Sementara ketika
seseorang begitu yakin akan kebesaran Allah, maka insya Allah segala sesuatu
akan menjadi mungkin untuk dicapai.
Jika dikaitkan dengan masalah
berdoa, jadi percuma saja Anda berdoa namun Anda tidak yakin dengan doa Anda
sendiri. Malahan, bisa saya sebut orang yang tidak yakin adalah orang yang
merendahkan Allah yang Maha Agung. Mengapa bisa demikian? Sebab orang itu
menganggap Allah tidak bisa mengabulkan doanya. Dia meragukan kekuasaan Allah,
tidak yakin. Semula berawal dari berdoa yang merupakan intrepetasi dari ibadah,
tapi justru malah menimbulkan potensi dosa hanya karena tidak yakin.
Maka berdoalah yang tinggi dan
sungguh-sungguh. Berdoalah yang tinggi, maksudnya bahwa mintalah kepada Allah
sesuatu yang tinggi sekalian, jangan minta yang remeh-remeh, karena bagi Allah
segala sesuatu itu mudah. Kun Fayakun. Jika Allah berkehendak maka terjadilah
segalanya. Allah saja merekomendasikan kita meminta sesuatu yang besar, mengapa
kita hanya meminta yang remeh-remeh atau pesimis. Kemudian berdoalah yang
sungguh-sungguh, maksudnya bahwa Allah cuma kepingin melihat kesungguhan kamu
dalam menginginkan hal tersebut. Jangan cuma nangis-nangis di atas sajadah meminta
sesuatu kemudian setelah itu kembali tidur dan malas-malasan. Allah hanya ingin
meminta bukti kepada kita bahwa kita pantas untuk mendapatkan yang kita minta.
Buktikan dengan perilaku dan kerja keras dalam hidup.
Jujur saya, Anda yang membaca
postingan ini, apakah Anda ingin bertanya begini: “Saya males berdoa terlalu
tinggi, karena saya kuatir jatuhnya terlalu sakit ketika doa itu tidak
terkabulkan. Apa saya salah ketika saya hanya meminta sesuatu yang sederhana
tapi pasti terkabul, sehingga saya pun puas?”
Saya jawab ya, sekali lagi tidak
ada yang tinggi atau besar di hadapan Allah. Bersama Allah, semuanya serba
mungkin. Ada satu poin yang harus Anda masukan dalam pikiran Anda: perbedaan
orang beriman yang memiliki Tuhan dengan orang tidak beriman.
Orang yang tidak beriman, selalu
mempunyai pikiran bahwa ada akibat yang terjadi karena sebuah sebab. Antara
sebab dan akibat selalu berbanding lurus. Ada usaha maka ada hasil. Ketika
usaha maksimal maka hasilnya pun maksimal. Ketika usaha pas-pasan maka hasilnya
pun pas-pasan. Maka ketika orang yang tidak beriman sedang mengikuti tes
seleksi perguruan tinggi, dia pun belajar habis-habisan. Usahanya dibikin
maksimal, supaya hasilnya dapat diterima di salah satu perguruan tinggi
terbaik. Pokoknya belajar terus sampai tidak tidur. Akibatnya, ketika
mengerjakan soal ujian, semua poin demi poin soal dia kerjakan tanpa mengalami
kesulitan sama sekali. Pulang ujian pun dengan hati berbunga-bunga. Tapi ketika
pengumuman dibuka, ternyata tidak diterima. Akibatnya dia stress berat dan
menyalah-nyalahkan Allah. Merasa usahanya sudah sangat maksimal, kok
bisa-bisanya tidak diterima.
Orang yang beriman, pun juga selalu
mempunyai pikiran bahwa ada akibat yang terjadi karena sebuah sebab. Antara
sebab dan akibat selalu berbanding lurus. Ada usaha maka ada hasil. Ketika
usaha maksimal maka hasilnya pun maksimal. Ketika usaha pas-pasan maka hasilnya
pun pas-pasan. Tapi perbedaannya adalah, di antara sebab dan akibat ini, ada
sebuah kata : Insya Allah.
Sebab – INSYA ALLAH – Akibat
Apa sih insya Allah. Jika
diartikan secara kasar, artinya jika Allah mengizinkan. Jika didalami maknanya,
ya memang begitulah artinya. Jika Allah mengizinkan. Dengan kasus seperti
ilustrasi tadi, jika orang yang tidak keterima perguruan tinggi tadi adalah
orang beriman maka dia tidak akan menyalahkan Allah. Dia yakin bahwa justru
Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Allah tau segalanya mana yang
baik atau buruk untuk kita, sedangkan manusia tidak tau apa-apa.
Jadi santai saja teman-teman,
sebenarnya Allah itu tidak pernah tidak mengabulkan doa kita. Mungkin saja
diganti dengan yang lebih baik, atau diundur jadwal terkabulnya doa sampai kita
pantas menerimanya. Makanya, supaya jadwal terkabulnya doa itu dipercepat,
cepet-cepet juga kita kudu pantaskan diri. Ingin cepet dapet jodoh yang cantik/ganteng
luar dan dalam, maka cepet-cepet juga kita harus cantikkan/gantengkan diri kita
luar dan dalam. Contoh aja sih..
Satu poin lagi deh...
Saya kebetulan mendapatkan instansi
kerja yang lokasinya ada dimana-mana di seluruh Indonesia. Ketika ada sebuah
pengarahan, ada seorang pembicara yang menyarankan saya dan teman-teman yang
sedang menunggu penempatan ini untuk membayangkan saja lokasi-lokasi yang jauh.
Maksudnya supaya nanti kalau memang ditempatkan disitu kami tidak kaget, dan
kalaupun ditempatkan di tempat yang lebih dekat maka beruntunglah kami.
Jujur saja, saya sangat tidak
setuju. Yang harus diubah bukan lirik doanya, tapi mindsetnya. Berdoanya kudu
tetep optimis dengan segala kebesaran Allah. Buat apa kalau berdoa yang
rendah-rendah kemudian dampaknya sehari-harinya hanya diliputi dengan kemalasan
dan tidak ada gairah karena yang ada dalam pikiran hanya penempatan di tempat
yang jauh. Bandingkan dengan orang yang di dalam pikirannya adalah
ke-optimis-an bahwa dia akan penempatan di kota besar dengan sarana dan
prasarana lengkap, maka orang itu dijamin akan lebih bergairah dalam hidupnya.
Tapi ingat, selalu ada kata “insya Allah”, itu mindset yang kudu diubah, sebab
kita bukan orang kafir kan?
Satu tips dari saya, cobalah
ketika Anda berdoa, di akhir doa Anda tersebut masukkan kata-kata “Saya YAKIN
Allah mengerti dan mengizinkan.” Ulangi terus kata tersebut, jangan berhenti
mengatakan kalimat itu sampai dalam hati Anda merasakan sesuatu yang membuat
Anda nyaman, melegakan dan tenang.
Orang yang pesimis adalah orang
yang miskin, baik itu miskin harta maupun jiwa.
PESIMIS = Penyakit Si Miskin
OPTIMIS = Otomatis Pasti Tidak
Miskin
Sip, sekian sharing kali ini,
semoga dapat bermanfaat untuk Anda semua. Semoga kita menjadi orang yang
optimis dan sukses. =)
sumber :http://dinarmagzz.blogspot.com/2013/11/ibadah-yang-tidak-boleh-dilakukan.html
0 Response to "Ibadah yang Tidak Boleh Dilakukan"
Posting Komentar