KEMENAG PONTIANAK

KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA PONTIANAK, JL. ZAINUDDIN NO.4 KOTA PONTIANAK

SENJATA PAMUNGKASNYA ITU KERUKUNAN.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ


Kepala Kanwil Prov. Kalimantan Barat , Drs. H. Syahrul Yadi, M.Si berharap kegiatan Workshop Peningkatan Wawasan Multikultural Tingkat Kota Pontianak, kamis (28/4/2016) di Hotel Borneo Pontianak,  yang diselenggarakan oleh Kantor Kementerian Agama Kota Pontianak melalui Subbag Sekretariat/ Tata Usaha yang di ketuai H. Abdulbar, S.Ag,M.Pd.I ,pertemuan tidak hanya fisik tapi juga bisa bertemu hati dari masing-masing peserta perwakilan agama-agama di Kota Pontianak.
“ Ini merupakan momen terbaik buat Kementerian Agama, ada ketemu tokoh dari masing-masing agama sehingga kita bukan hanya ketemu fisik tapi kita juga ketemu hati sebab kita berada di Negara yang satu, di provinsi yang satu, di kota yang satu, rasanya agak tidak elok kalau kita terpecah belah. Maka ini program Kementerian Agama, program multicultural . Multi artinya banyak, Kultural itu kultur, budaya. Artinya banyak budaya kita ketemukan tapi kita persatukan dalam arti paling tidak kesiapan untuk berbeda, itu yang menjadi nomor satu,” katanya mengawali arahannya .


Pejabat nomor satu di lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Barat ini mengajak para hadirin memahami pidato Presiden Jokowi. “ Saat ini, kita pahami pidato presiden Jokowi, kemudian dilanjutkan oleh Menteri Agama dan bahasanya hampir sama, redaksi berbeda tapi substansinya sama. Indonesia saat ini sedang perang, perang itu sudah dimulai dan akan hebat. Perang pertama, kita perang melawan narkoba. Bisa dilihat diwebsite kita tentang penghuni neraka dunia, penghuni penjara saat ini 91 persen lebih itu adalah makluk-makhluk komunitas narkoba, baik itu penjual, pembeli dan pengedar,” ungkapnya.


Selanjutnya, mantan Kepala Kemenag Kabupaten Bengkayang ini menjelaskan ancaman bahaya narkoba yang masuk dari negara tetangga. “Ternyata, musuh utama kita saat ini adalah narkoba. Sekitar enam hari lalu, di Metro TV sekitar jam 11 malam, membahas tentang Kalimantan Barat,perbatasan dengan Malaysia ada 52 jalan tikus banyak yang tidak terdeteksi oleh pihak keamanan negara kita. Mereka lewat situ dan perdagangan narkoba. Karena info kini sudah sebegitu fameliarnya dipihak keamanan, mereka kemarin ada operasi penangkapan secara bersama .Ternyata Kalbar termasuk 5 besar agen dan pemasok narkoba. Ini sampai presiden mengatakan dan diteruskan oleh Pak Menteri kita, perang saat ini adalah perang melawan narkoba,” jelasnya.

Mantan Kepala Kemenag Kabupaten Kapuas Hulu ini menuturkan perang selanjutnya. “  Yang kedua, perang melawan radikalisme, paham radikal. Kalau hanya radikal saja itu tidak persoalan , bahkan penting, saya tidak katakana wajib, tapi penting dalam kita beragama itu radikal. Jimmy Ashidiqi menyatakan radikal tidak soal, yang dipersoalakan kalau radikalisme , itu yang dipermasalahkan. Kalau radikal, monggo. Konghuchu mengatakan agama yang paling benar, masuk surga hanya konghuchu, monggo silahkan. Hindhu mengatakan agama yang paling benar adalah hindhu, silahkan, yang menempati Nirwana hari ini. Budha mengatakan begitu juga.khatolik, Kristen, begitu juga ,monggo silahkan, itu radikal. Artinya, begitu kuat kita menancapkan keyakinan kita itu ,kita yang paling benar. Tetapi , kapan kita bicara itu, ketika bicara di internal kita. Tapi, ketika kita dalam konsep berbangsa dan bernegara, apalagi di mimbar, saya kira pembicaraan itu harus dibatasi. Jangan sampai radikal dimunculkan di mimbar menjadi isme, menjadi paham disebarkan kemana-mana, yang paling benar adalah Kristen, yang paling benar adalah khatolik, yang paling benar adalah islam dan itu yang menjadi masalah,” tuturnya.

Syahrul Yadi kemudian menerangkan perang selanjutnya yang harus dihadapi bersama. “ Perang ketiga, perang liberalisme. Kita sudah perang dengan liberalisme saat ini, karena liberalisme sudah mulai ditawarkan dan dipaksakan untuk negara kita yang agamais ini. Sampai menjadi pembicaraan luas di kalangan legeslatif , eksekutif pusat, bukan hanya di kota. Bahwa ada semacam perintah secara global bahwa kita harus menerima dan mengangkat harkat martabat kemanusiaan, jadi hak asasi manusia harus diatas segala-galanya dan di Indonesia harus menerima yaitu diantaranya LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). Yaitu, program yang sudah disahkan di Amerika dan dibolehkan laki-laki kawin dengan laki-laki, perempuan dengan dengan perempuan, dibolehkan dan ada surat nikahnya, saya tidak bisa mengambarkan apa yang terjadi. Ini yang ditawarkan atas nama kemanusiaan  negara berkembang harus siap menerima ini. Kita negara agama ,bahkah 6 agama di Indonesia serempak menjawab tidak sepaham. Indonesia harus melawan itu , kita perang ketiga ,perang melawan kebebasan tanpa batas. Keempat, perang melawan korupsi,” terangnya.

Kemudian , pejabat KPA Kanwil Kemenag ini menyimpulkan dan memberikan salah satu solusi terbaik diantara solusi lainnya untuk menghadapi acaman itu semua. “Ini beberapa perang yang harus kita lakukan saat ini. Melawan itu semua, mudah-mudahan kita sepakat, dengan pendidikan, oke. Dengan ekonomi , oke. Dengan pemerintahan yang baik, oke. Tapi, ada yang lebih terpenting lagi melawan itu semua, paling canggih, paling hebat, kita bagun spirit kerukunan, betul-betul rukun, rukun lahir batin. Membangun kerukunan adalah salah satu solusi perang paling hebat senjatanya. Ada empat perang. Perang narkoba, perang radikalisme, kekerasan, perang liberalisme kebebasan tanpa batas, keempat perang korupsi. Ini perang saat ini. Jadi, senjata pamungkas utamanya itu dengan kerukunan, kerukunan harus dibangun,” pungkasnya. (Gwn_Ptk)

0 Response to "SENJATA PAMUNGKASNYA ITU KERUKUNAN."

Posting Komentar