بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Bismillaah....
”Wahai orang-orang yang berIman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS.Al-Baqarah : 153)
Akhawat pernahkah kita merasa hidup yang kita jalani selama ini hampa?
Pernahkah kita merasakan jiwa kita kehilangan sesuatu yang kita pun tak tahu apa itu?
Pernahkah kita merasa bahwa kita perlu berubah, ya berubah untuk jauh lebih baik lagi.
Dulu, saya masih ingat betul bagaimana masa-masa SMA saya yang banyak tak manfaatnya
Saya terlalu banyak menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan teman-teman saya
Pergi main, berkumpul, ngerumpi, jalan-jalan ke Mall, ikut ajang-ajang yang memamerkan aurat, dan kegiatan tak bermanfaat lainnya ala remaja ‘kekinian’ katanya. (semoga Allah mengampuni kekhilafan yang lalu dan yang akan datang)
Saya terlalu banyak mengisi hari-hari dengan hal duniawi , lalai akan semua kewajiban termasuk menutup aurat ketika sudah baligh !!
Ya, pada saat itu jilbab hanya sebagai kewajiban di sekolah saja terutama saat mata pelajaran Agama. Sedangkan di luar ? Ia terbang entah kemana, berganti dengan shortdress,jeans ketat, t-shirt kekecilan, rambut terurai. Na'udzubillah
Hingga tiba pada suatu masa…
Ketika merasakan ada kekosongan dalam jiwa, kehampaan dalam hidup. Dan pada saat itulah terucap : “Aku ingin berubah”
Yaa akhawat. Pernahkah anti mengalami hal serupa?
Ketika masuk pada awal perubahan kita. Mulai memakai pakaian tertutup dan longgar, mulai memanjangkan jilbab, memakai kaos kaki.
Semuanya kita lakukan bertahap, bahkan tak jarang saya menemui akhawat yang Masyaa Allah berubah drastis seketika langsung ke tahap pakaian syar’i.
Ya, awal berubah tentunya banyak hal yang kita hadapi. Ejekan, sindiran, cibiran, olok-olok dari kawan nongkrong lama kita? Bahkan dari orangtua dan keluarga kita? Jangan tanya lagi, itu akan jadi bumbu penyedap jalan hijrah kita.
Tapi yakinlah, ketika kita memang berada di jalanNya, mengikuti perintahNya semata-mata mencari keridhoanNya, Allah akan membantu kita.
Saya pun ingat ketika awal perubahan itu Allah perkenankan dalam hidup saya. orangtua dan keluarga merasa cemas karena mendengar komentar-komentar dan kecemasan berlebihan yang ditujukan para tetangga ketika saya mulai memakai gamis dan jilbab lebar. Apalagi perubahan itu terjadi ketika saya mengatakan sering menghadiri pengajian di tempat baru saya, kota tempat saya menuntut ilmu, jauh dari orangtua.
Namun , atas ijin Allah saya bersedia untuk bersabar. Bersabar mendengar komentar-komentar tak sedap dan kecurigaan berlebihan. Hingga lambat laun orangtua dan keluarga saya bisa menerima jilbab lebar.
Dan ketika saya memutuskan untuk mengenakan cadar. Suatu keputusan yang cukup sulit, karena saat itu saya mendapat tentangan keras dari orangtua terutama ibu saya. Saya mencoba memberikan pengertian sebagaimana yang saya lakukan saat awal berjilbab lebar dulu. Tak mudah memang, bahkan saya hingga harus menghadapi sikap dingin ibu saya yang mencuekan saya selama beberapa hari.
Karena saya mengambil pendapat cadar itu sunnah, atas saran dan fatwa ulama. Akhirnya saya memenuhi permintaan ibu saya untuk melepaskannya. Namun saya pun meminta ibu saya untuk mengijinkan saya mengenakannya di kampus dan di lingkungan tempat saya berorganisasi. Dengan kesabaran akhirnya ibu saya mengijinkan jika bukan di lingkungan tempat asal saya. Beberapa bulan saya melepas cadar ketika di rumah namun mengenakannya di kampus dan di lingkungan saya berorganisasi. setiap pulang kampung ke rumah, saya mengganti cadar dengan masker wajah yang fungsinya sama dan tidak dianggap ‘ekstrim’ oleh masyarakat sekitar lingkungan rumah saya.
Saya berusaha sabar meski terkadang iri melihat teman sekajian yang kemana-mana sudah mengenakan cadar bahkan ibunya pun merestui. Saat itu yang membuat saya tetap mempertahankan cadar ini ialah ayat 153 dalam surat al-baqarah yang saya kutip di awal. Allah memerintahkan kepada kita, jika kita orang yang beriman untuk Mohon pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat.
Ya, semenjak itu saya semakin yakin bahwa Allah itu Yang Maha Membolakbalikan hati hambaNya. Sekeras apapun orangtua saya, saya percaya masih dapat berubah atas kehendak pemilikNya.
Semakin orangtua melarang karena khawatir, semakin saya semangat untuk menunjukan bahwa perubahan ini tidak mengubah saya menjadi jauh lebih buruk, melainkan sebaliknya harus membuat saya menjadi jauh lebih baik lagi, lebih taat pada orangtua dan lebih berprestasi dalam akademik saya. Begitupun hal itu saya berusaha tunjukan pada lingkungan di kampus.
Hingga beberapa waktu yang lalu. Sebuah kejutan Allah berikan lagi. Saya semakin percaya bahwa Allah Maha Membolakbalikan hati !!
Ibu saya secara tersirat sudah menerima keputusan saya untuk bercadar. Ketika saya bertanya : “Mama tidak apa-apa emangnya kalo aku pake cadar ?” , beliau menjawab ” Yang pake kan kamu, kamunya yang harus sudah siap”. Masyaa Allah, bahkan ibu saya bertanya mengenai cita-cita saya untuk menikah sebelum lulus nanti , beliau bertanya dimana salon yang biasanya menangani pernikahan bagi yang bercadar :D meski tidak secara tersurat ijinnya, tapi saya yakin dan mengenali bagaimana watak ibu saya. Dan saat ibu tidak mengijinkan, saya yakin bukan karena ibu tidak setuju dengan sunnah, namun ibu khawatir saya tidak sanggup menghadapi reaksi orang-orang ketika saya mengenakan cadar.
Yaa Akhawat, saya percaya bahwa sabar dan do’a akan mampu jadi penolong kita, penguat ketika kita lemah dan tak berdaya.
Untukmu yang mulai ragu.
Untukmu yang mulai menyerah
Untukmu yang tak tahan dengan cibiran,sindiran
bahkan tuduhan-tuduhan hanya karena engkau berjilbab lebar
hanya karena engkau bercadar
hanya karena engkau berusaha menjalankan perintahNya
menerapkan syariatNya dan mengamalkan sunnah
Untukmu yang merasa diasingkan karena perubahanmu itu
Bersabarlah, berdo’alah
Bersabarlah atas segala cibiran,hinaan bahkan tuduhan
Do’akanlah agar mereka yang melakukan itu dibukakan pintu hatinya
dan berdo’alah semoga kita dapat tegar dan istiqamah
mempertahankan apa yang telah Allah perintahkan
dan yakinilah ada penolong yang Allah siapkan untuk kita
Penolong itu bernama Sabar dan Do’a
~ Rosita Dewiha~
sumber:
0 Response to "PENOLONG ITU BERNAMA SABAR DAN DO'A"
Posting Komentar