بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
“ Tanpa terasa
saat ini kita sudah memasuki hari ke duapuluh empat yang menandakan kita sudah
berada dipenghujung Bulan Suci Ramadhan. Dan tidak lama lagi Ramadhan akan
pergi meninggalkan kita. Kita saksikan rumah-rumah sudah banyak berganti cat,
kue-kue lebaran juga sudah pada siap. Semua itu kesibukan yang terjadi
disekeliling kita atau yang ada pada diri kita sendiri,” kata Ustadzah Eva
Afifah Muyassarah,S.Ag mengawali tausiyahnya kepada para ASN Kemenag Kota Pontianak,rabu
(29/6) waktu ba’da dzuhur di Surau Al-Islah.
Hal tersebut
disampaikan Peraih Juara I Penyuluh Teladan Agama Islam Tingkat Kota Pontianak
Tahun 2015 dan 2014 ini untuk melihat perbandingan serta keteladanan bagaimana
prilaku para generasi pertama islam saat memasuki akhir bulan Ramadhan.
“ Nah, kalau
kita lihat bagaimana kondisi para generasi pertama, yang merupakan generasi
yang terbaik yakni para shahabat juga para tabi’in. mereka bersedih bahwa
sepuluh hari terakhir bulan suci Ramadhan merupakan momen emas. Bagaimana para
shahabat atau rasulullah S.A.W menghabiskan waktunya di sepuluh hari ramadhan
itu adalah fokus melaksanakan ibadah di masjid,” tuturnya.
Da’iyah yang
pernah berceramah di Kabupaten Natuna Kepulauan Riau ini menjelaskan hal yang
menyebabkan bersedihnya generasi pertama islam ketika ramadhan akan berakhir. “
Mereka juga bergembira dengan datangnya hari raya idul fitri, karena hari raya
idul fitri merupakan hari kegembiraan bagi umat islam. Akan tetapi kesedihan
mereka dengan hilangnya nanti ramadhan itu adalah dikarenakan dengan beberapa
sebab, diantaranya yang pertama,adalah jika ramadhan berakhir maka hilanglah
keutamaan-keutamaan yang terdapat dalam bulan suci ramadhan itu sendiri seperti
yang kita ketahui keutamaan bulan suci Ramadhan, orang yang bergembira saja
dengan datangnya bulan suci ramadhan, “ barang siapa yang bergembira dengan
datangnya bulan suci ramadhan maka akan diharamkan jasadnya dari siksa api
neraka. Apalagi kalau ia melaksanakan amalan-amalan yang terdapat didalam bulan
suci ramadhan, yakni seperti berpuasa. Dan orang yang berpuasa dengan ikhlas, “
barang siapa yang berpuasa dibulan suci ramadhan dengan penuh keikhlasan dan
mengharapkan keridhaan dari Allah SWT maka akan dihapuskan dosa-dosanya yang
telah lalu,” jelasnya.
Generasi pertama
islam selain sedih karena hilangnya keutamaan-keutamaan seperti yang ada dalam bulan
Ramadhan juga mereka mengkhawatirkan takut amaliah mereka tidak diterima Allah
SWT . “ Demikianlah begitu banyaknya keutamaan-keutamaan bulan suci ramadhan
sehingga para shahabat, tabi’in-tabi’in tadi khawatir ia tidak memperoleh
keutamaan didalam bulan suci ramadhan. Dan kekhawatiran kalau-kalau
amaliah-amaliah yang dilakukan dibulan suci ramadhan tidak diterima oleh Allah
SWT.Oleh karena itu mereka sering berdoa : “ Wahai Rabb kami, terimalah puasa
kami, shalat kami, rukuk kami, sujud kami dan tilawah kami sesungguhnya Engkau
Maha Mendengar lagi mengetahui,” Itulah kekhawatiran-kekhawatiran yang
dirasakan para shahabat. Selain itu,
para shahabat juga takut , kalau-kalau Allah SWT lebih dahulu memanggil mereka
sehingga mereka tidak dapat bertemu bulan suci ramadhan. Jadi, para shahabat
takut kalau-kalau Ramadhan yang mereka laksanakan pada tahun ini merupakan Ramadhan
yang terakhir bagi mereka,’’ papar Alumnus Jurusan Dakwah STAIN Pontianak ini.
“ Tentu kita
berdo’a kepada Allah , mudah-mudahan Allah panjangkan umur kita sehingga kita
dipertemukan kembali dengan ramadhan pada tahun berikutnya,” do’anya. Disambut
oleh para jama’ah kata aamiin.
Penyuluh
Fungsional Agama Islam Kemenag Kota Pontianak ini juga mengungkapkan bahwa
langit bumi juga Malaikat bersedih dengan kepergian bulan suci Ramadhan. “ Diriwayatkan
oleh Jabir bahwa rasulullah S.A.W bersabda ;
“ pada malam terakhir bulan ramadhan, langit bumi dan malaikat menangis
berdukacita bagi umat Muhammad S.A.W. bertanya salah satu shahabat kepada
Rasulullah : Musibah apa hai rasulullah. Jawab rasulullah S.A.W : perginya
bulan ramadhan. Karena dalam bulan ramadhan itu semua do’a terkabul, semua
sedekah keterima, semua amal kebajikan berlipat ganda pahalanya dan azab
terhindarkan,” ungkapnya.
Dengan beberapa
hari yang masih tersisa maka ustadzah meminta kepada jama’ah ba’da shalat
dzuhur agar memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk beramal. “ Oleh karena itu
bapak ibu sekalian, masih tersisa insyaallah enam hari lagi bulan ramadhan.
Nah, masih bisa insyaallah kita melakukan amal atau kebajikan sebelum ramadhan
meninggalkan kita,” tukasnya.
Kemudian, PNS
kelahiran 16 April 1976 ini merinci
amaliah apa saja yang harus dilakukan untuk memanfaatkan beberapa hari ramadhan
yang tersisa. “Bukankah didalam sebuah riwayat disebutkan, adalah Rasulullah
S.A.W sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh malam terakhir, suatu hal yang
beliau tidak pernah bersungguh-sungguh seperti itu di luar malam tersebut.Oleh
karena itu beberapa amalan yang dapat kita lakukan adalah yang pertama, qiyamul
lail yaitu shalat malam. “ Bahwa rasulullah S.A.W dalam riwayat disebutkan :
barang siapa yang berdiri untuk mengerjakan shalat pada lailatul qadar karena
keimanan dan mengharapkan pahala akan diampuni untuknya segala dosa yang telah
lalu.Amalan berikutnya yang bisa dilakukan disisa-sisa diakhir ramadhan ini
adalah membaca Al-qur’an .” bahwa surga itu katanya rindu kepada empat orang,
yang pertama yakni adalah pembaca Al-qur’an. Yang kedua yakni pengekang lidah.
Kemudian yang ketiga pemberi makan kepada orang yang lapar dan yang keempat
yang berpuasa didalam bulan suci ramadhan.Kemudian amalan yang berikutnya yang
mungkin umumnya bisa dilakukan oleh jama’ah laki-laki atau bapak-bapak yaitu
I’tikaf atau berdiam diri di masjid dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
Hukumnya adalah sunnah pada bulan ramadhan ataupun diluar ramadhan.Sebagaimana
hadits aisyah R.A , sesungguhnya nabi S.A.W beri’tikaf pada 10 malam terakhir
ramadhan hingga beliau wafat, kemudian istri beliau beri’tikaf setelah itu.
Diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dan Abu Daud,” rincinya.
Dan Da’iyah Kota
Pontianak ini menyembutkan amalan yang mesti selalu dilakukan pada bulan yang
penuh berkah ini yakni berdo’a. “ Kemudian , amalan yang keempat yang bisa
dilakukan adalah memperbanyak do’a, diantaranya Allahumma innaka afuwwun
tuhibbul ‘afwa fa’fu anni. Yaa Allah Engkau Zat Pengampun, Engkau mencintai
orang yang minta maaf maka ampunilah aku,” katanya.
Berkaitan dengan
berdo’a, agar do’a mudah dikabulkan oleh Allah SWT tentu ada syarat-syarat yang
harus diperhatikan. “ Apa kata Allah ?, dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat, kemudian Aku
mengabulkan permohonan orang-orang yang berdo’a , apabila ia memohon kepada-Ku
maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku agar mereka itu selalu berada dalam kebenaran,” pungkasnya.
(Gwn_Ptk).
Foto-foto lainnya :
Foto-foto lainnya :
0 Response to "MENGAPA GENERASI PERTAMA ISLAM BERSEDIH DIAKHIR RAMADHAN ?"
Posting Komentar